Tema :
Mengatasi Writer's Block
Resume ke - : 7
Gelombang : 28
Tanggal
: 23 Januari 2023
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.,
Siapa
pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya.
Tak bisa instan tentu. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa
menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams,
Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa Beliau sebut satu per satu.
Beliau
sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang
menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu ... saat SMP, sering
mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang
dibaca bergiliran oleh teman-teman. Atas arahan guru Bahasa Inggris Beliau saat
itu, Beliau juga menulis diary dalam bahasa Inggris.
Ketika
SMA, Beliau masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary Beliau
sempat berkomentar bahwa tulisan Beliau sudah seperti novel 😅 Namanya
anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun
belakangan, Beliau tahu bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi
self healing yang baik. Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan
kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara
mengatasi depresi dsb.
Rupanya
kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, Beliau
pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekan Beliau dan diikutsertakan
dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi
kedua. Di saat kuliah juga, Beliau menulis proposal bersama teman-teman dan
kami berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40
juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar.
Menulis
adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya
novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg
tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang
bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis
naskah film/sinetron, ada *ghost writer, techincal writer, hingga
UX writer, dll*.
Faktanya,
penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias *Writer's Block*.
Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun
yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang
penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.
Karena
... WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan,
bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.
Sederhananya,
WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif
atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan
disadari atau pun tidak.
Istilah
writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama
kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika.
Berkaca
dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai
penulis. Itulah mengapa Beliau katakan WB ini sebagai "virus" yang
sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan.
Ibarat
penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor
penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera
terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.
Berikut
beberapa penyebab Writer Block
Mencoba
metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat
untuk WB.
Misal
ketika jadi penyebab:
Ada
orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis
KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila
tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.
Dalam
Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin,
tegangan dan konflik. Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat
juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa
jenuh dan suntuk. Terserang WB deh
Maka,
mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi. Mempelajari hal-hal
baru yang berbeda dg sebelumnya pasti menyenangkan. Beberapa teman dan Beliau
sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai
untuk refreshing.
Membaca
buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun,
WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.
Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan
insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.
Terakhir
yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.
bu
Bapak hebat, masih ingat kisah Beliau menulis diary berbahasa Inggris yang Beliau
ceritakan di awal? 😊
Jika
Beliau membuka kembali diary berbahasa Inggris yang Beliau tulis saat duduk di
kelas 2 SMP, Beliau akan tersenyum bahkan tertawa sendiri.
Bagaimana
tidak?
Grammar
nya saja banyak yang tidak sesuai, tapi Beliau tetap PD menulis 😄
tak hanya satu, ada dua atau tiga diary. Tapi,
justru itulah salah satu kunci menghadapi WB
Bila
saat itu Beliau terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan Beliau
sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak
akan pernah rampung.
Kondisi
menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb
ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing
atau menulis bebas.
Nah,
jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir
dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan
masiiih banyak kekhawatiran lainnya.
Ada
pepatah yang mengatakan:
"It
doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be
zero."
Mari,
tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan
perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.
Sedikit
tips yang Beliau kutip dari seorang penulis bernama Mark Twain:
"Rahasia
untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas
rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan
kemudian memulai dari yang pertama."